Partnership Law Japan – Harga emas mengalami penurunan signifikan selama pekan ini. Emas bahkan mencatat tiga catatan negatif sekaligus. Harga emas di pasar spot saat perdagangan pekan ini berakhir, pada Jumat (29/9/2023), berakhir di posisi US$ 1.848,31 per troy ons, mengalami penurunan sebesar 0,87%.
Posisi tersebut adalah yang paling lemah sejak 8 Maret 2023, hampir tujuh bulan yang lalu. Pelemahan yang terjadi kemarin juga memperpanjang tren negatif emas yang sudah melemah sejak awal pekan ini. Artinya, harga emas tidak mengalami peningkatan sepanjang pekan tersebut.
Penurunan ini juga mendorong harga emas turun ke level US$ 1.800, setelah sebelumnya berada di kisaran US$ 1.900 antara tanggal 23 Agustus hingga 26 September 2023.
Secara keseluruhan, harga emas mengalami penurunan sebesar 3,98% selama pekan ini, yang mengakhiri tren positif emas selama dua pekan sebelumnya.
Kondisi merosotnya harga emas telah membuat logam mulia ini mencatat tiga catatan buruk sekaligus selama pekan ini.
Rekor buruk pertama adalah bahwa harga emas berada pada level terlemahnya sejak 8 Maret 2203, hampir delapan bulan yang lalu.
Rekor buruk kedua adalah penurunan dalam satu minggu. Harga emas melemah selama lima hari perdagangan beruntun, mencatat rekor terburuknya sejak awal Agustus 2023.
Rekor buruk ketiga adalah penurunan dalam satu pekan dengan penurunan sebesar 3,98%. Penurunan sebesar itu adalah yang terbesar dalam lebih dari dua tahun terakhir, sejak pertengahan Juni 2021 (14-18 Juni 2021) yang mengalami penurunan sebesar 6,04% selama seminggu pada periode tersebut.
Babak Belur
Harga emas mengalami penurunan tajam setelah pasar semakin yakin bahwa bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed), akan tetap konsisten dengan kebijakan moneter yang ketatnya.
Minggu lalu, The Fed memutuskan untuk menjaga suku bunga acuan di level 5,25-5,50%, sesuai dengan ekspektasi pasar. Namun, The Fed memberikan indikasi kuat bahwa mereka akan terus mengambil sikap hawkish dan mungkin akan menaikkan suku bunga di masa mendatang.
Hasil dari rapat Federal Open Market Committee (FOMC) juga menunjukkan bahwa kebijakan moneter yang ketat akan terus berlangsung hingga 2024, dan The Fed akan mengurangi suku bunga dalam jumlah yang lebih sedikit daripada yang sebelumnya diindikasikan.
Dot plot dari The Fed menunjukkan bahwa suku bunga mungkin akan berada di kisaran 5,5-5,75% pada tahun ini, menandakan kemungkinan adanya kenaikan suku bunga sebesar 25 bps lagi hingga akhir tahun.
Meskipun data terbaru menunjukkan perlambatan inflasi di tingkat konsumen pribadi, dengan Personal Consumption Expenditures (PCE) untuk Agustus 2023 mengalami penurunan sebesar 0,4% (month to month/mtm) dari 0,2% pada Juli 2023, pelaku pasar emas tampaknya tidak terlalu terpengaruh.
Beberapa analis berpendapat bahwa emas tidak akan mengalami kenaikan signifikan kecuali ekonomi AS mengalami hard landing. Mereka menganggap bahwa perlambatan ekonomi yang hanya sedikit tidak akan cukup untuk mendorong harga emas naik.
Menurut Commerzbank, “Sulit melihat emas pulih dalam situasi seperti ini di mana ekonomi AS hanya mengalami perlambatan ringan dan soft-landing.”
Analis dari Saxo Bank, Ole Hansen, juga berpendapat bahwa penurunan tipis PCE tidak cukup untuk mendorong harga emas naik. Dia menekankan bahwa permintaan emas sebagai pelindung nilai tidak sejalan dengan situasi ekonomi AS yang hanya mengalami perlambatan.
Everett Millman, seorang analis dari Gainesville Coins, mengatakan bahwa harga emas kemungkinan hanya akan melonjak jika terjadi resesi global atau jika The Fed memangkas suku bunga. Namun, skenario tersebut diperkirakan baru akan terjadi pada tahun 2024.